Selasa, 20 Desember 2011

pengenalan birahi


PENGENALAN BIRAHI
DAN SINKRONISASI ESTRUS









Oleh :
drh. L. Dwi Aryanto



UPTD – BPPTD MARGAWATI GARUT
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
2010

Pendahuluan
Jarak antara birahi yang satu sampai dengan pada birahi berikutnya disebut sebagai satu siklus birahi, adapun yang dimaksud dengan birahi (estrus) adalah kondisi dimana ternak betina bersedia menerima pejantan untuk dikawini. Lama siklus birahi pada ternak domba rata-rata  16 – 17 hari, sedangkan lama siklus birahi untuk ternak kambing rata-rata 14 – 20 hari.
Pada setiap siklus birahi, akan terjadi gelombang pertumbuhan folikel, gelombang folikel ini dapat terjadi dua gelombang (bimodal), tiga gelombang (trimodal). Permulaan gelombang folikel adalah sama yaitu pada permulaan siklus birahi atau sekitar saat ovulasi. Gelombang kedua timbul pada pertengahan siklus birahi (hari 8 – 9 dari siklus birahi), sedangkan gelombang ketiga timbul pada hari ke 15 – 16. Pada pertumbuhan selanjutnya dalam setiap elombang hanya ada sebuah folikel yang tumbuh dan berkembang sampai mencapai  (folikel dominan) yang berakhir dengan atresia (folikel anovulatorik0 atau ovulasi (folikel ovulatorik). Adapun folikel yang lainnya tidak berkembang dan mengalami atresia lebih dini (folikel atretik).

Siklus Birahi
Berdasarkan fungsi ovarium, siklus estrus dibagi menjadi dua fase, yaitu :
1.      Fase Folikuler
Fase ini dimulai dari saat luteolisis dan berakhir dengan matangnya folikel dominan ovulatorik (folikel de Graaf) dan ovulasi.

2.      Fase Luteal
Fase ini ditandai dengan terjadinya pembentukan corpus luteum dan sekresi hormone progesterone.

Berdasarkan perilaku seksual, maka siklus estrus dapat dibagi menajdi 4 fase, yaitu :
1.      Proestrus
Adalah periode persiapan birahi sesudah corpus luteum mengalami regresi (luteolisis). Pada periode ini terdapat pertumbuhan folikel oleh rangsangan Follicle stimulating Hormon (FSH) dari hipofisis anterior. Hormone estrogen yang berasal dari folikel perlahan kadarnya meningkat di dalam darah, yang menyebabkan timbulnya tanda-tanda birahi mulai terlihat.
Lama fase Proestrus pada domba berlangsung selama 2 – 3 hari, sedangkan pada kambing 1 – 2 hari. Dimana pada fase ini akan diakhiri dengan adanya gejala birahi yang tampak.
2.      Estrus
Adalah suatu periode dimana ternak betina bersedia menerima pejantan untuk dikawini. Selama periode ini domba betina yang birahi akan mendekati dan memperhatikan pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya, menggesek-gesekkan badannya ke tubuh pejantan, berjalan mengelilingi pejantan dan menciumi alat genital pejantan, dan akhirnya diam apabila dinaiki oleh pejantan.
Lama fase Estrus pada domba berlansung sekitar 24 – 36 jam, sedangkan pada kambing 34 – 38 jam.

3.      Metestrus
Metestrus ditandai dengan berakhirnya tanda-tanda birahi, terjadinya ovulasi 24 – 27 jam setelah awal birahi. Corpus luteum mulai tumbuh dan berkembang memproduksi hormone progesterone walaupun sel-sel luteal belum terbentuk sempurna. Kadar FSH, LH dan Estrogen dalam darah telah kembali pada level basal.

4.      Diestrus
Diestrus merupakan periode siklus estrus yang terpanjang, dimana pada periode ini corpus luteum telah terbentuk sempurna, hormone progesterone yang dihasilkan kadarnya makin meningkat di dalam darah sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan dinding uterus makin jelas. Endometrium menebal, kelenjar-kelenjar otot polos uterus berkembang untuk persiapan memelihara embrio dan pembentukan plasenta apabila ternak tersebut mengalami kebuntingan. Apabila tidak terjadi fertilisasi, ovarium kembali ke fase Proestrus dengan terjadinya regresi corpus luteum.
Fase ini berlangsung selama 12 – 14 hari.
Oval: PROESTRUS
(2-3 HARI)

Oval: ESTRUS
(1-3 HARI)
Oval: ANESTRUS
Musim/Laktasi


Oval: DIESTRUS (12-14 HARI)

Oval: METESTRUS
(2 HARI)



Oval: BUNTING
(150 HARI)


Deteksi Birahi
Satu program deteksi birahi merupakan factor yang sangat penting yang menentukan keberhasilan program Inseminasi Buatan (IB) pada domba dan kambing. Pengetahuan tentang kapan seekor domba atau kambing betina dating birahinya, sehinga memberikan kesempatan bagi inseminator mengetahui saat yang tepat untuk melakukan inseminasi, dimana ini sangat terkait dengan saat ovulasinya.
Peternak/pemilik harus mengetahui bagaimana mengenal tanda-tanda birahi pada ternak betinanya juga bagaimana mengamatinya. Deteksi birahi paling sedikit dilaksanakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore sampai malam hari. Dalam pelaksanaan deteksi birahi , bagi peternak, inseminator sulit untuk dapat mengetahui saat yang tepat awal terjadinya birahi (estrus).
Deteksi birahi dapat dilakukan dengan observasi langsung dikandang dengan memperhatikan tingkah laku seksual ternak domba maupun kambing betina seperti mendekati dan memperhatikan pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya, menggesek-gesekkan badannya ke tubuh pejantan, berjalan mengelilingi pejantan dan menciumi alat genital pejantan, dan akhirnya diam apabila dinaiki oleh pejantan.
Teknik lain dalam deteksi birahi dapat dilakukan dengan menggunakan teaser (pejantan pengusik), atau melihat catatan (recording) terhadap birahi sebelumnya. Selain itu dapat dilakukan Sinronisasi estrus (teknik efisiensi reproduksi sejumlah hewan yang diberikan perlakuan hormonal sehingga pada waktu tertentu akan terjadi respon estrus yang hampir bersamaan).

Sinkronisasi Estrus
Adalah suatu teknik efisiensi reproduksi sejumlah hewan yang diberikan perlakuan hormonal sehingga pada waktu tertentu akan terjadi respon estrus yang hampir bersamaan.
Tujuan :
1.      Deteksi estrus dapat diperkirakan
2.      Menghemat waktu pelasanaan IB
3.      Mendapat anak dalam waktu yang diinginkan
4.      Memperkirakan waktu kelahiran anak



Metode sinkronisasi :
Terdapat beberapa cara metode pemberian hormone untuk sinkronisasi :
1.        Pemberian PGF2α
2.        Pemberian hormone progesterone
3.        Kombinasi hormone :
-            PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin) dan PGF2α
-            Progesterone dan PGF2α
-            Progesterone dan PMSG
Metode sinkronisasi estrus yang memberikan hasil baik pada domba adalah pemberian progesterone dan kombinasi dengan PMSG.

Metode pemberian PGF2α
-                 Syarat pemberian PGF2α adalah hewan bersiklus normal dan tidak dalam keadaan bunting.
-                 Dosis : 10 – 20 mg, atau 0,5 mg Cloprostenol (analog) diberikan dua kali dengan selang waktu 9 hari (domba), 11 hari (kambing).
-                 Umumnya respon estrus akan terjadi setelah dua hari kemudian.
-                 Deteksi estrus dilakukan dengan menggunakan teaser (pejantan pengusik) dengan melihat gejala diam bila dinaiki.
-                 Mekanisme PGF2α : luteolisis               meregresikan/lisis CL (fase luteal)
-                 Respon estrus terjadi apabila hewan memiliki CL, yaitu kira-kira hari ke-7 sampai hari ke-14 dari siklus estrus.
-                 Proestrus           : 1 – 2 hari; perkembangan folikel               tidak berespon
-                 Estrus                 : folikel matang (Graaf)                tidak berespon
-                 Metestrus          : 2-3 hari; awal pembentukan CL; hemorragicum               tidak berespon
-                 Diestrus             : 10 – 12 hari ;   CL                berespon + (lisis)
-                 Pemberian PGF2α sebanyak dua kali seperti di atas, mengusahakan siklus sampai pada fase luteal (diestrus), bagi hewan yang sedang berada pada fase lainnya.

Metode pemberian Progesteron dan PMSG :
-                 Pemberian progesterone dapat dilakukan dalam siklus estrus tanpa memperhatikan hari dalam siklus tersebut.
-                 Harus diyakinkan bahwa hewan tidak dalam keadaan bunting.
-                 Progesterone diberikan melalui sponges/ CIDR kedalam vagina yang dibiarkan selama     12 – 14 hari (domba); 14 – 18 hari (kambing).
-                 Saat pencabutan alat (progesteron), disuntikkan PMSG dengan dosis 400 – 800 IU.
-                 Respon estrus akan terjadi 2 – 3 hari kemudian.
-                 Progesterone dapat diberikan melalui vagina dengan waktu yang lebih pendek, yaitu dibiarkan selama 7 hari tau 9 hari, dimana pada saat pencabutan, diberikan PGF2α untuk meyakinkan hewan akan estrus semuanya / lebih banyak.

Mekanisme  kerja Progesteron :
-            Dalam tubuh (invivo) progesterone dihasilkan oleh CL, dimana bertahan kurang lebih 12 hari (fase luteal), selama itu progesterone dihasilkan. Selama periode tersebut progesterone mengahambat dikeluarkannya gonadotropin terutam LH (umpan balik negative).
-            Invitro : berespon sama, menghambat LH, untuk periode tersebut tidak akan terjadi estrus. Apabila progesterone hilang, hambatan akan terbuka, dengan demikian terjadi pematangan folikel dan hewan terlihat estrus disusul dengan lonjakan pengeluaran LH yang menyebabkan ovulasi.


Daya  kerja PMSG :
-            Merupakan hormone gonadotropin berasal dari serum kuda bunting muda, PMSG mengandung FSH dan LH. Fungsinya menyebabkan perkembangan, pematangan folikel dan mengovulasikan.
-            Dalam program sinkronisasi ini pemberian PMSG dalam dosis tertentu pada masa akhir pemberian progesterone akan memperkuat kerja gonadotropin invivo hasil lonjakan LH akibat hilangnya hambatan sehingga terjadi pematangan folikel sel telur dan terjadilah ovulasi.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar